Semua orangtua pasti sering kesal dan jengkel menghadapi para anak remajanya ..
Untuk semua orangtua yang saya hormati, tahukah kalian apa yang menyebabkan para anak remaja kalian menjengkelkan? Berikut akan saya ulas masalah ini ..
Semua orangtua pasti jengkel karena putra/putri remajanya berlaku "bodoh" dan menganggap otak mereka "masih setengah jadi". Semua anggapan ini SALAH! Dibuktikan oleh Beatriz Luna, profesor psikiatri di University of Pittsburgh yang menggunakan pencitraan saraf untuk mempelajari otak remaja, menggunakan tes sederhana untuk menggambarkan kurva belajar ini. Dan beberapa peneliti mulai memandang temuan otak dan gen baru-baru ini dari sisi yang lebih cerah dan positif, yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi. Teori otak remaja yang dihasilkan-sebut saja teori remaja-adaptif-tidak menggambarkan remaja sebagai draf kasar, tetapi sebagai makhluk yang peka dan mudah beradaptasi.
Dalam beradaptasi, sebenarnya remaja tidak meremehkan "resiko" sebagai mana yang dikemukakan oleh Laurence Steinberg, psikolog. Tapi, mengapa remaja lebih memilih mengambil resiko? Alasannya, karena remaja lebih memilih risiko daripada imbalan. Karena, terkadang resiko dapat memberi imbalan yang diinginkan (kenikmatan dan popularitas), mereka lebih memilih imbalan itu daripada orang dewasa. Peneliti seperti Steinberg dan Casey meyakini bahwa pertimbangan resiko vs imbalan yang memihak resiko ini lolos seleksi alam karena, sepanjang perjalanan evolusi manusia, kemauan mengambil resiko pada masa kehidupan ini memberi keunggulan adaptasi.
Secara fisiologi, masa remaja merupakan puncak kepekaan otak terhadap dopmain, yaitu neurotransmiter yang tampaknya menyiapkan dan mengaktifkan jalur kesenangan, serta membantu mempelajari pola dan membuat keputusan. Ini turut menjelaskan kecepatan remaja belajar dan penerimaan luar biasa mereka terhadap imbalan.
Otak remaja juga peka terhadap oksitosin, yaitu hormon saraf lain yang (antara lain) membuat koneksi sosial lebih memuaskan batin. Jaringan dan dinamika saraf yang terkait dengan imbalan secara umum dan interaksi sosial banyak yang tumpang tindih.
Ini turut menjelaskan ciri lain masa remaja: Mereka lebih suka bergaul dengan teman sebaya karena ketertarikan umum remaja pada kebaruan di ranah sosial, berinvestasi di masa depan.
Para remaja suka tantangan, walaupun itu membahayakan nyawa nya sendiri. Tapi apa salahnya mereka mencoba? Itu lah pikiran para remaja. Dengan demikian, para orangtua dapat membantu para remaja dengan membantunya. Membantu dalam artian membimbing dan berkomunikasi secara tegas tapi tidak terlalu ikut campur, tetap akrab tetapi membiarkan mereka mandiri, agar mereka sukses di masa depan.
Apabila, kalian masih kesal dengan para remaja, besarkanlah hati kalian dengan mengingat satu ciri terakhir otak remaja. Masa remaja ini adalah masa panjang saat area otak depan yang berkembang belakangan ini masih luwes, saat mereka menjadi matang perlahan-lahan. Area-area inilah yang terakhir membentuk selubung lemak mielin-materi putih otak-yang mempercepat transmisi sinyal saraf. Kecepatan otak ini diraih dengan dengan mengobarkan keluwesan. Meski sangat mempercepat akson, selubung mielin juga menghambat pertumbuhan cabang akson baru. Douglas Fields, ilmuwan saraf NIH yang bertahun-tahun mempelajari mielin,"Itulah kenapa masa ketika suatu area otak membentuk mielin menjadi masa penting dalam belajar-perkabelan ditingkatkan, tetapi setelah proses itu selesai, perubahan sulit terjadi."
Masa terbaik untuk penyusunan ulang koneksi oleh pengalaman sangatlah spesifik bagi setiap area otak. Jadi, pusat-bahasa otak mendapat selubung paling banyak dalam 13 tahun pertama, yaitu saat anak-anak masih belajar bahasa. Selubung yang sempurna mengonsolidasikan hasil belajar itu-tetapi menjadikan pembelajaran selanjutnya, misalnya bahasa asing, lebih sulit diperoleh.
Gelombang perkembangan dari belakang kedepan yang lama dan lambat ini, yang baru selesai pada usia pertengahan 20-an, tampaknya merupakan adaptasi khas manusia. Mungkin jadi salah satu yang paling berpengaruh bagi kita. Mungkin aneh bahwa manusia lambat pintar dalam hidup ini. Namun, jika kita menjadi bijak lebih awal, pada akhirnya kita menjadi lebih bodoh.
Dikutip dari: artikel dibalik gejolak darah muda, majalah National Geographic Indonesia, Bulan Oktober 2011, halaman 30-43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar